Chivu Dikritik Media Karena Performa Tim. Pelatih Inter Milan, Cristian Chivu, baru-baru ini menjadi sasaran kritik keras dari publik dan media menyusul performa tim yang belum memuaskan di Serie A. Meski tekanan luar terus menguat, Chivu memilih bersikap tenang dan memberikan pembelaan tegas untuk para pemainnya. Ia menegaskan bahwa fokusnya sekarang jauh lebih banyak ke hal-hal yang produktif daripada mengurusi suara-suara miring.
Awal Musim yang Mengecewakan
Inter Milan memulai musim Serie A dengan catatan yang jauh dari harapan. Dari tiga pertandingan awal liga, Inter hanya berhasil meraih satu kemenangan. Dua laga sisanya berakhir dengan kekalahan melawan klub-klub kuat. Posisi mereka di klasemen sementara pun belum mencerminkan status “favorit gelar”. Hal ini kemudian memicu gelombang kritik yang menyoroti taktik, konsentrasi di lapangan, dan komposisi skuad asuhan Chivu.
Walau demikian, di kompetisi lain, hasilnya mulai menunjukkan sinyal positif. Inter berhasil meraih kemenangan penting di Liga Champions, yang sedikit membangkitkan kepercayaan diri tim dan memberi dukungan moral bagi Chivu untuk terus mempertahankan jabatannya dan visi yang sedang ia jalankan.
“Saya Punya Seribu Hal Lain untuk Dipikirkan”
Dalam konferensi pers pra-pertandingan menjelang laga melawan Sassuolo, Chivu secara terbuka menyatakan bahwa ia tidak terpengaruh oleh kritikan yang terus dilontarkan ke arah skuadnya. Ia mengatakan bahwa suara pengkritik adalah bagian tak terelakkan dari sepak bola, dan sudah menjadi bagian dari “permainan” itu sendiri.
Chivu menegaskan bahwa saat ini pikiran dan energinya tertuju pada banyak hal lain yang lebih penting, termasuk bagaimana cara memperbaiki performa tim, memaksimalkan potensi pemain, dan mempersiapkan tim agar lebih konsisten dalam menghadapi pertandingan-pertandingan mendatang. Ia juga menyebut bahwa prioritas utamanya adalah membantu para pemain agar bangkit dari tekanan, bukan membalas kritik lewat kata-kata kosong.

Pembelaan Terhadap Tim
Selain menolak diganggu dengan kritik, Chivu juga membela skuadnya dengan menyebut bahwa kualitas dan potensi pemain masih sangat tinggi. Menurutnya, masalah yang dihadapi Inter bukanlah karena kurangnya kemampuan, melainkan lebih kepada faktor keberuntungan, momen kecil dalam pertandingan yang belum berpihak pada mereka, dan penyesuaian taktik yang masih diperlukan.
Ia mengingatkan bahwa beberapa bulan sebelumnya Inter tampil sangat bagus dan hampir meraih target besar. Itulah yang membuat ia yakin bahwa kerangka timnya masih solid dan mampu kembali ke performa puncak, asalkan diberikan waktu, kerja keras, dan fokus.
Tantangan Taktik dan Mental
Salah satu kritik terhadap Chivu adalah soal filosofinya dalam bermain. Taktik yang belum sepenuhnya diserap oleh para pemain di lapangan. Beberapa pertandingan menghadirkan celah dalam pertahanan, kurangnya intensitas di momen-momen kritis, dan performa yang fluktuatif.
Chivu menyadari semua itu dan menaruh perhatian khusus pada aspek kebugaran, disiplin taktikal, dan mentalitas bertanding. Ia mendorong pemain agar tetap tampil dengan mental juara, bahkan pada pertandingan yang secara perhitungan dianggap “mudah”. Baginya, kesalahan kecil dalam konsentrasi bisa berakibat fatal ketika melawan klub-klub papan atas.
Dukungan Manajemen dan Perspektif ke Depan
Meskipun kritik tajam datang dari luar, manajemen dan petinggi klub masih menunjukkan kepercayaan terhadap Chivu. Mereka memahami bahwa membangun sebuah tim yang kompetitif membutuhkan waktu terutama dalam periode transisi setelah musim sebelumnya yang padat dan perubahan tuntutan.
Impresi dari kemenangan di Liga Champions dan potensi pemain muda juga menjadi faktor yang membuat manajemen masih tetap bertahan pada Chivu sebagai pelatih. Mereka melihat bahwa Inter masih bisa menjadi kandidat gelar jika segala aspek — taktik, tenaga pemain, strategi rotasi, dan ketahanan mental — bisa terkelola dengan baik.
Baca juga: Rashford Merasa Lebih Baik di Barcelona
Chivu Dalam Situasi Berat
Cristian Chivu berada dalam situasi yang berat: menjadi fokus kritik ketika hasil belum maksimal. Dengan tekanan tinggi dari publik dan media. Namun ia menanggapi semua itu dengan sikap tangguh: mengutamakan tindakan daripada emosi. Mendukung skuadnya, memperbaiki kesalahan sambil menjaga visi tim ke depan.
Pertahanan terhadap kritik ini bukan semata-merta untuk pembelaan diri; bagi Chivu, ini soal menjaga stabilitas tim, membangun kepercayaan di dalam skuad, dan merangkai performa agar konsisten. Dengan kata lain, Chivu memilih berjalan di jalur yang sulit tapi diyakininya lebih benar dalam jangka panjang. Coba menangkan hadiah besar bersama raja botak link game online resmi 24 jam terbaik hari ini!

